Astronesia-Para Astronom menemukan dua supernova superterang atau lazim disebut superluminous supernova . Saking terangnya ledakan bintang tersebut mampu memecahkan rekor pergeseran merah "normal" supernova sebesar 2,36.
Supernova yang dijuluki SN2213 dan SN1000 + 2016, d
itemukan memiliki derajat merah sebesar 2.05 dan 3,90. Hal ini memecahkan rekor pergeseran merah normal sebuah supernova yang memiliki kecerlangan sebesar 2,36.
"Cahaya supernova ini berisi informasi terperinci tentang masa kanak-kanak alam semesta, pada waktu ketika beberapa bintang pertama masih berkondensasi dari hidrogen dan helium yang dibentuk oleh Big Bang," jelas Dr Jeff Cooke Swinburne dari University of Technology"s Center untuk astrofisika dan Corporation, Australia, sci-news, Senin (5/11).
Supernova superluminous pertama ditemukan beberapa tahun lalu dan sangat jarang di alam semesta terdekat. Asal-usul objek ini tidak dipahami dengan baik, tapi subset kecil dari mereka diperkirakan terjadi ketika bintang-bintang yang sangat besar meledak.
Bintang sebesar 150 sampai 250 kali lebih besar daripada matahari, mengalami ledakan nukl
ir yang dipicu oleh konversi foton ke pasangan elektron-positron. Proses ini benar-benar berbeda dibandingkan dengan semua jenis supernova.
Peristiwa tersebut mungkin terjadi lebih sering di awal alam semesta, ketika bintang berukuran besar secara umum ditemukan. Diharapkan dari frekuensi dan kecerahan ekstrem peristiwa ini mendorong para astronom untuk mencari superluminous supernova pada geseran merah lebih besar dari 2, yang berkaitan dengan lebih dari 10 miliar tahun yang lalu ketika alam semesta masih kurang dari seperempat dari usianya.
"Lain dari hidrogen dan helium, semua elemen seperti karbon, oksigen, besi dan silikon, yang diproduksi di inti bintang atau selama ledakan supernova dan dikeluarkan oleh supernova ke dalam ruang dingin dan membentuk generasi berikutnya bintang," ujarnya.
Menemukan generasi pertama bintang adalah Holy Grail bagi para astronom. Jarak dari supernova selama ini tumpang tindih dengan jarak yang mana diharapkan untuk menemukan bintang-bintang pertama.